Saat umurku memasuki 18 ketika itulah aku mulai gemar membaca. Berbarengan dengan itu aku juga mulai keranjingan menulis. Aku menulis pada buku tulis biasa saja. Aku menulis apa saja; apa saja yang terfikirkan olehku, apa saja yang terlintas di dalam pikiran dan apa saja yang teringat setelah membaca buku.
Setelah mengikuti Advance Training PII, kami mengikuti Ta'lim 'Ali seminggu sekali. Poin-poin penting dari kajian kami pada ta'lim itu aku catat pada sebuah buku. Lalu aku memberanikan diri untuk sering memakai komputer PW PII. Aku mengembangkan poin-poin ta'lim tadi menjadi tulisan-tulisan yang panjang. Beberapa dari tulisan itu kukumpulkan bersama tulisan-tulisan lainnya di komputer lalu kususun menjadi sebuah buku.
Buku itu kuberi judul 'Islam Bukan Teroris'. Semua tulisan itu kuselesaikan selama setahun. Kalau tidak salah terhitung dari setelah Mai 2OO5 hingga kuberi kata pengantar tepat malam ulang tahunku ke-2O dan kuterbitkan keesokan harinya.
Buku itu hanya kusebarkan pada kalangan kader-kader PII se Aceh saja. Belakangan setelah menetap di Jakarta timbul keinginan untuk menerbitkan kembali edisi keduanya.
Maka kukoreksi kembali ejaan-ejaan yang salah pada edisi pertama. Keinginan untuk dipublikasi kembali bertepatan ulang tahuku ke 25 semoga berjalan lancar meski dengan modal finansial yang sangat terbatas.
Rencananya edisi kedua buku pertamaku itu ingin kuluncurkan bersama dua buku lainnya yaitu 'Taman Para Pecinta' dan 'Garudaku Tangguh'. Kedua buku itu kutulis selama setahun. Rencananya dua buku terakhir itu ingin kuterbutkan dalam satu buku saja, namun kukira itu mustahil karena buku GT memerlukan banyak referensi meski aku hanya dapat mencamtumkannya secara tidak terlalu mendetail. Sementara buku TPP adalah kumpulan puisi, ide-ide dan gagasan pendek sehingga dianya sama-sekali tidak perlu dumasukkan bersama buku-buku yang ada pada rak buku ilmiah Anda.
Aku bersyukur pada Allah karena dengan umurku yang seperempat abd ini telah menyelesaikan tiga buku.
Sebensrnya aku ingin memasukkan beberapa karya tulis lain bersama GT, namun kukira perlulah catatan-catatan tentang diri kuteruskan pengumpulannya sehingga kemudian harilah kuterbitkan dengan judul 'Wangi Kehidupan'.
Sementara itu dua artikel tentang tokoh Aceh Hamzah Fansury dan Hasan Tiro dan Daud Beureueh rencananya kuurungkan saja untuk dikumpulkan bersama GT dan dikemudian hari aku punya rencana menerbitkan artikel-artikel tentang para tokoh, profil, pemikiran, gagasan dan apapun tentang Aceh yang memiliki makna filosofis yang akan kuberi judul ''Filsafat Aceh''.
Pasca September 2OO6 hingga September 2O1O, selama empat tahun itu, sangat jarang aku menulis gagasan atau tulisan tentang apapun dengan komputer. Selama kurun empat tahun itu aku lebih sering menuliskan gagasan atau apapun dalam buku-buku tulis. Hampir lima puluh buku tulis telah penuh kuisi dengan catatan-catatanku, tanggal dan tempat menulis tidak lupa kucantumkan setiap akhir tulisan.
Rencananya semua tulisan dalam komputer selama empat tahun itu akan kukumpulkan dan semua tulisan dalam buku tulis itu kusalin ke dalam komputer semua dan kuterbitkan dalam bentuk sebuah novel intelektual berjudul ''Sir Teuku Banta Ahmad''.
Sebagai catatan, selama rentan empat tahun itu aku rutin berjualan kopiah buat shalat hingga berjualan pakaian dalam pria dengan cara berkeliling dengan berjalan kaki di pasar-pasar dari Banda Aceh hingga Medan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu biaya kuliahku.
Berjuakan dengan berkeliling ini bukanlah pertama kulakukan. Semasa sekolah STM di Medan, aku juga sudah berjualan Mie Aceh yang dibungkus kecil seharga seribu rupuah. Bungkusan-bungkusan mie itu kubawa keliling dengan sepeda ke setiap sudut pasar dan gang-gang.
Saat kuliah di Pascasarjana IAIN Banda Aceh, aku juga masih berjualan pakaian dalam keliling Banda Aceh hingga ke Kuala Simpang. Motor Honda 800 ku seperti unta, selalu setia mengantarkanku. Dengan kondisi motor yang lusuh dan barang dagangan yang berantakan, aku pede aja masuk kampus Pascasarjana IAIN. Hingga kini telah kulian Program Pascasarjana Filsafat Islam di Jakarta, aku masih suka berjualan pakaian dalam pria setiap mudik ke Aceh. Aku suka berdagang keliling lebih dari sekedar alasan memenuhi kebutuhan hidup. Aku bahkan berencana untuk berdagang dengan cara yang sama di Jakarta untuk mendisiplinkan diri dan mengisi waktu luang sebab di Jakarta kuliah hanya dua kali seminggu.
Semoga Allah selalu merahmati aktivitas kita dan mengabulkan semua cita-cita baik kita. Amin.
Kampus Almuslim Peusangan, 13 Sep. 2O11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar